Daya Tarik Kerajinan Kreatif Pemikat Dunia

rara bee

Beberapa koleksi kipas hasil karya Bee Handycraft (RAA7)

         Bali –  Budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tidak hanya lokal namun budaya perlu diperkenalkan di interlokal sebagai daya tarik budaya yang tidak semua negara memiliki kesamaan budaya. Tak dapat dipungkiri budaya merupakan aset berharga bangsa Indonesia untuk menambah eksistensi di jagat global.

       Penghargaan berkenaan dengan kebudayaan sering diperoleh Indonesia dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi nusantara. Salah satunya Bee Handycrafts sebuah UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pengrajin kipas milik A.A.A. Mas Utari Noviyanthi, SH ingin menjaga eksistensi budaya nusantara khusus nya Bali yang tersohor dengan kebudayaannya yang kental.

              Berawal dari pemikiran kurangnya pasar kipas kayu di Bali dan melihat sisa kain kebaya yang menumpuk dan sayang untuk dibuang, Ibu Gek Mas berinisiatif untuk mengolah limbah kain menjadi kerajinan tangan kipas yang mampu menarik perhatian dan dengan design yang update, namun tetap menjaga keasrian budaya Bali dalam kipas tersebut.

            Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Bee Handycrafts yang diambil dari istilah lebah dalam bahasa Inggris ini sudah banyak pengalaman ditingkat Internasional, baik dalam bidang pameran atau menjadi sponsor acara besar. Penghargaan yang diperoleh pun bukanlah sekedar penghargaan. Usaha yang berdiri sejak tahun 2007 ini tidak akan bisa berdiri hingga sekarang tanpa adanya dukungan dari kerabat Ibu Gek Mas.

            “Tentu semua orang terdekat, kalau tante ngga pernah bilang kalau punya ide tapi pas idenya udah tersalurkan, udah oke, dan bisa ditunjukan baru tante perlihatkan. Keluarga selalu support, sahabat, teman dan bank juga support terus. Pemerintah kota denpasar, serta ibu walikota juga memberi kesempatan untuk UKM baru,” terang Ibu Gek Mas

      Bee handycrafts sudah memiliki 41 karyawan, namun 33 karyawan lainnya merupakan borongan yang tidak selalu bekerja di pusat pembuatan. Penjualan Bee berfokus pada hotel sebagai sasaran utama penjualan kipas modern ini, tak tanggung tanggung hotel bintang 5 di Bali lah yang menjadi sasaran Bee Handycrafts. Jumlah kipas terjual dalam sebulan pun bisa mencapai 2000 pcs, harga yang ditawarkan pun cukup menarik mulai dari Rp 12.500 hingga jutaan rupiah.

            “Untuk harga dan kualitas kipas Bee Handycrafts sesuai sekali, apalagi banyak ibu pejabat yang pakai Kipas Bee. Bahannya kayu namun ringan,” ucap Vida salah satu penggemar kipas bee

            Sebuah perusahaan atau UKM dalam perkembangan bisnisnya tidak afdol apabila tidak melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan konsep serta tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap sosial serta lingkungan di mana perusahaan itu berdiri, seperti menyediakan pelatihan kerajinan dan kewirausahaan. Ibu Gek Mas menerangkan hingga kini Bee Handycrafts membagikan ilmunya kepada penghuni penjara dan anggota pramuka guna meningkatkan kreatifitas dan menciptakan lapangan kerja nantinya.

         “Tau Bee Handy itu dari majalah Femina dan saat pemilihan Finalis Femina. Designnya bagus dan pas untuk kundangan apalagi acaranya resmi cocok bawa kipas bee kemana mana,” ujar Ibu Nenik salah satu konsumen setia Bee Handycrafts

            Ibu Gek Mas berharap kedepannya, Bee Handycraft mampu memperoleh orderan setiap bulannya, dan ingin membuat usaha dengan sistem koperasi, serta ingin memotivasi seluruh anak muda. (RAA7)

“The Famous Sate Taichan”

Taichan

Sepiring porsi Sate Taichan. (Irn5)

         Denpasar – Belakangan ini semakin menjamur penjual sate taichan. Terdengar dari namanya mungkin banyak yang mengira bahwa kuliner ini berasal dari Negara di Asia seperti Jepang atau Korea. Nyatanya kuliner yang saat ini sedang viral merupakan kuliner kreasi dari Negara Indonesia.

        Sate taichan ini berbeda dengan sate pada umumnya, yang dilumuri bumbu kacang atau kecap. Karena bisa dibilang sate taichan ini cukup unik dimana tampilannya yang terbilang sangat biasa, namun nyatanya kuliner ini tidak menggunakan bumbu kacang dan hanya dilumuri oleh garam dan disajikan dengan sambal cabai yang khas. Sate taichan sendiri sudah lama keberadaanya di Indonesia hanya saja baru terkenal akhir akhir ini lewat sosial media yang menjadikan sate ini semakin booming.

     Awal mulanya menjadi terkenal dari seorang “Selebgram”  (sesorang yang terkenal lewat akun media sosial Instragram), yang memulai usahanya dengan berjualan sate taichan. Dari namanya saja “Selebgram”, tentu saja produk yang ia tawarkan di akun media sosialnya akan dengan mudah menjadi terkenal dan menarik perhatian masyarakat.

       Sate taichan yang mulai popular ditahun 2016 ini kini semakin terkenal dan diketaui banyak orang. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena adanya pengaruh dari media social. Media sosial saat ini memang mempunyai pengaruh besar bagi para penggunanya. Contohnya saja sate tachan yang menjadi begitu sangat terkenal karena publikasi serta pemasarannya melalui media sosial.

      Menurut I Gusti Bagus Honor Satrya, B.Bus.Com., MIB (34), dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, berbagai restoran dan cafe tidak berniat lagi menggunakan media cetak sebagai elemen promosi. Pada akhirnya beralih menggunakan sosial media sebagai wadah promosi, dilihat dari efektivitasnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi pebisnis menjatuhkan pilihan pada media sosial sebagai ajang promosi, yakni pertama karena harganya yang murah, yang kedua adanya kapasitas dalam menentukan segmen pasar, serta ketiga adalah akses yang dapat menjangkau bahkan sampai ke seluruh penjuru Dunia.

    Keuntungan media sosial dapat dilihat secara mendalam dari segi segmentasi. Pada media sosial layaknya Instagram, Path, Facebook, seorang pebisnis dapat bersegmentasi dalam menargetkan umur, jenis kelamin, tipe orang yang seperti apa, lokasi, bahkan budaya dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

    Menurut Bahrul (22), salah seorang penjual sate taichan di Bali, mengaku bahwa alasan dia berjualan sate taichan ini karena memang sedang booming dan ia mengetahui tentang sate taichan ini dari media sosial.

     “Awal mula saya berjualan ya memang karna saat ini sedang booming tentang sate taichan ditambah lagi dorongan dari teman – teman yang menyuruh saya membuka warung sate ini, dan menurut saya ini bisa menjadi peluang besar yang sangat menguntungkan,” terang Bahrul, penjual sate taichan di Bali.

   Boomingnya suatu produk melalui sosial media berdampak positif bagi para pewirausaha dalam merambah bisnis tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya promosi. Fenomena viralnya suatu produk melalui media sosial menjadikan acuan bagi masyarakat ataupun pewirausaha dini dalam  memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebaik – baiknya.

      “Jika mencari viral atau ketenaran sebuah produk atau tempatnya kamu itu bagus – bagus saja, dilemanya adalah dengan budaya kita di Indonesia, kita mengcopy paste terlalu cepat, dan kadang terlalu banyak yang mengcopy paste,” imbuh I Gusti Bagus Honor Satrya.

    Namun ketika suatu produk menjadi viral di media sosial, hal ini belum tentu berlangsung lama. Tidak dipungkiri viralnya suatu produk dapat diakibatkan karena munculnya tren dikalangan masyarakat. Tren yang sedang berkembang lambat laun dapat memudar dan tergantikan oleh tren baru akibat perubahan sosial masyarakat. Maka dari itu tak hanya sekedar pemanfaatan media sosial sebagai ajang promosi, tetapi keatifivitas serta inovasi – inovasi dari pebisnis juga diperlukan dalam menggapai dan mempertahankan pasar. (Dew5/Irn5)

Meraup rejeki dari hasil kreativitas olahan Batok Kelapa

Untitled5

Beberapa hasil kerajinan dari kelapa yang dipajang di rumah produksi Yande Batok

Bertempat di Banjar Sarimertha, Desa Negari Banjarangkan Klungkung telah berdiri sebuah rumah produksi batok kelapa baik sebagai kerajinan maupun bahan baku makanan. Keberadaan dari produksi batok kelapa ini berada dibawah pimpinan I Gede Suryawan yang akrab disapa dengan ‘Pak Yande.’

Sekitar tahun 1997, dengan kondisi ketiadaan lapangan pekerjaan mengawali terlahirnya sebuah terobosan untuk membangun usaha dari batok kelapa. Faktor lain yang mendasari bahan utama dari usaha ini ialah kelapa, karena pada masanya, harga kelapa terbilang murah dan lebih mudah untuk dimanfaatkan hingga saat ini. Perjalanan dari produksi batok kelapa ini tidak mudah dikarenakan harus mendapat ijin produksi dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Klungkung.

Tepatnya tahun 2008, setelah mengantongi ijin untuk mengembangkan produksi batok kelapa, yang merambah baik di kalangan dalam negeri hingga luar negeri. Satu per satu pelanggan berdatangan untuk menjadi pemasok hasil kerajinan dari batok kelapa yang setia. Adapun beberapa barang produksi masih berupa tas dari batok, topeng dari serabut kelapanya hingga mangkok dari batok kelapa.

Seiring berjalannya waktu beberapa kabupaten di Bali, seperti Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem, Denpasar, dan Badung menjadi pelanggan setia Yande Batok, sedangkan luar daerah mengekspor ke Jakarta serta Perancis, Jepang dan Jerman.

“saya sering beli di Yande Batok, selain kerajinannya itu seni, harganya murah, terus kerajinannya juga efektif dipakai dirumah kayak mangkok sama celengan.” Sahut salah satu pelanggan Yande Batok, Ni Nyoman Sudiati asal Banjarangkan.

Hingga saat ini sudah tersedia beberapa jenis kerajinan batok kelapa, seperti topeng yang daimbil dari serabutnya, asbak, beragam jenis cedok, beragam jenis celengan, gelas, beragam jenis mangkok, tempat lilin, tas hingga tempat bunga. Berbagai jenis olahan kerajinan batok kelapa, jenis yang paling diminati saat ini yaitu celengan babi, tas dan mangkok. Selama setahun, Yande Batok dapat mengekspor 3 kali setahun dengan jumlah pengiriman mencapai 2000-3000 sekali pengiriman.

Perkembangan produksi kerajinan batok kelapa inipun menuai kesulitan yang kerap dihadapi, seperti tenaga kerja yang dirasa kurang apabila proses pengerjaan dibarengi dengan pelkasnaan hari raya, bahan baku kelapa yang harga nya sempat melonjak tajam hingga dan jumlah orderanyang diterima tidak seimbang dengan kondisi tenaga kerja dan jumlah bahan baku.

Untitled6

Salah satu contoh tahap perakitan dari bentuk celengan batok kelapa yang dilakukan oleh tenaga kerja Yande Batok

Proses produksi batok kelapa dilakukan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 15 orang yang terdiri dari borongan dan harian. Ada beberapa tahap pengerjaan dari awal pengumpulan bahan baku hingga terbentuk sebuah kerajinan yang bermutu. Dimulai dari tahap pengumpulan bahan baku yang biasa dilakukan pada pagi hari, dilanjutkan dengan pengamplasan yang biasa dilakukan oleh tenaga kerja borongan hingga, perakitan menjadi model kerajinan yang dipesan dan terakhir tahap finishing.

Keberhasilan yang diperoleh Yande Batok telah mengalami pasang surut dalam dunia wirausaha. Hal tersebut terbukti dari adanya kenaikan harga pada batok kelapa yang mulanya seharga Rp 3500 naik menjadi Rp 8000. Melalui berbagai perhitungan agar usaha batok kelapa ini tidak larut dalam kerugian, maka lahir lah terobosan baru yaitu pemanfaatan air kelapa sebagai minyak dan juga pembuatan saur.

“yaa astungkara bisnis ini lancar ya dik, karena disamping itu juga kita ada hal yang harus dikorbankan seperti bangun lebih pagi dan sabtu, minggu harus tetap bekerja, biasanya sebelum bikin saur itu kan kerja sampe jumat aja.” Jelas Yande.

Produk baru hasil olahan kelapa ini akhirnya menjamur dikalangan pasar tradisional dengan jumlah pelanggan yang semakin bertambah terlebih lagi saat mendekati hari Raya Umat Hindu. Harga-harga yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga kerajinan batok kelapa. Kategori kerajinan batok kelapa berkisar dari Rp 20.000  – Rp 100.000, sedangkan untuk hasil olahan nya berupa saur, jajan bali dan minyak terhitung dari jumlah perkilo nya. (Akp4)

 

 

 

 

 

 

Yayasan OIM Pro Indonesia Ajak UKM ‘Naik Kelas’ Melalui SBM Workshop

WORKSHOP: Salah satu master coach memberi penjelasan materi dalam SBM Workshop di Indonesia TIC, Minggu (23/4). (rnk3)

              Denpasar – Yayasan One In 20 Movement (OIM) Pro Indonesia kembali sambangi Bali untuk hajatan tahunannya melalui Smart Bussiness Map (SBM) Workshop. Di tahun keempat ini, sebanyak 28 pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Bali mengikuti pelatihan SBM selama dua hari di Indonesia TIC yang digelar pada 22-23 April 2017. Workshop ini merupakan ajang belajar bagi pemilik UKM untuk meningkatkan daya saing bisnis mereka agar dapat ‘naik kelas’ baik di tingkat daerah hingga nasional.

                     “SBM ini adalah sebuah pengetahuan untuk dapat meningkatkan kemampuan usaha dari pemilik UKM di Indonesia agar bisnis mereka yang selama ini masih di level biasa bisa berkembang ke arah profesional dan juga untuk mendukung program pemerintah,” jawab Ikhwannurohim selaku Ketua Tim Kerja OIM Pro Indonesia Cabang Bali.

         Ikhwan juga menambahkan bahwa workshop ini dilaksanakan untuk memberdayakan UKM yang sudah ada namun belum memiliki hasil usaha yang maksimal dan mendorong UKM baru untuk berani menciptakan produk berdaya saing tinggi di pasar.

                 “Sebenarnya acara ini memang kami targetkan untuk membantu mereka karena kami prihatin dengan kondisi usahanya. Masih banyak UKM yang jalan di tempat meski sudah dua atau tiga tahun berjalan. Disebabkan karena belum tahu cara memberdayakan usahanya supaya punya daya saing dan tidak kalah di pasar. Tujuannya ya, agar bisnis mereka tidak hanya sekedar jualan, tapi bisa (membuat) hidup sejahtera,” jelas Ikhwan.

             Dalam pelaksanaannya, SBM workshop Bali mengajak dua alumni SBM workshop dari kota lainnya. Para alumni ini diundang sebagai pengisi materi dan pelatih bagi peserta karena telah berhasil menerapkan gaya berbisnis ala SBM. Ferdy D. Savio, salah satu master coach SBM workshop Bali menambahkan bahwa seluruh pelatih diundang tanpa bayaran demi acara yang juga telah berlangsung di 8 kota lainnya.

                    “Ya memang benar kami tidak dibayar. Karena acara ini memang kami anggap sebagai kerja sosial atau pelayanan yang sudah sewajarnya dilakukan. Meski tanpa bayaran kami tidak masalah melakukannya. Menurut saya akan sangat baik kalau kita bisa membagi pengetahuan kita setelah berhasil kepada sesama yang baru memulai bisnis UKM,” ujar Ferdy.

                  Selain digelar di Provinsi Bali, Yayasan OIM Pro Indonesia juga akan menggelar SBM Workshop di beberapa daerah lainnya di Indonesia.

                   “Target dari yayasan pusat tahun ini kita akan gelar di 30 kota. Supaya ilmunya merata dan kita naik kelas bersama-sama,” pungkas Ikhwan. (rnk3)

Kaktus Mini, Kreasi Tanaman Hias Cantik Peluang Bisnis Masa Kini

Beberapa  Kreasi  tanaman hias plantamory (11/03) (Asr1)

Denpasar  Popularitas tanaman hias saat ini tidak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan animo masyarakat terhadap tanaman hias yang kian meningkat. Kreasi tanaman hias yang semakin unik dan cantik membuatnya digandrungi para pecinta tanaman hias. Banyaknya minat pada tanaman hias membuat orang mulai melirik kreasi tanaman hias untuk dijadikannya ladang usaha.

Ni Nyoman Alit Purwaningsih dan Made Arya Bhaskara Putra misalnya, di usia yang terbilang muda sepasang kekasih ini mulai menekuni usaha budidaya tanaman hias. Usaha tanaman hias yang dikembangkan bersama tersebut diberi nama Plantamory. Nama tersebut diambil dari kata, Planta yang artinya tanaman, dan Amor artinya dewi cinta. Nama Plantamory tersebut dirangkai sebagai simbol kecintaannya terhadap tanaman, sehingga produk Plantamory nantinya dapat dicintai di hati konsumen dengan merawat produknya dengan baik.

Berawal dari kegagalan merawat tanaman hias yang mereka beli, membuat mereka mulai mencari tahu dan tertarik berinovasi dengan salah satu tanaman jenis succulent yaitu kaktus mini. Menurut mereka tanaman hias dengan jenis ini masih sukar didapatkan di beberapa daerah.

“Waktu itu aku agak susah cari kaktus buat hadiah, jadi kita kepikiran buat jualan kaktus dan tanaman mini lainnya tapi dikemas bagus supaya bisa dijadikan souvenir, hadiah, dan sejenisnya. Jadi konsumen yang tertarik sama kaktus biar gak bingung carinya,” tutur Nyoman Alit salah satu owner Plantamory.

Bisnis usaha bermula dari rasa penasaran ini, kini berkembang menjadi bisnis tanaman hias yang dikenal berbagai kalangan. Mulai dari mulut ke mulut hingga memanfaatkan media online, membuat plantamory semakin dikenal para pecinta tanaman hias. Banyaknya pesaing membuat mereka berinovasi dengan menyuguhkan kreasi tanaman yang berbeda dengan tanaman hias lainnya.

Bentuk yang mungil dari kaktus mini dipadukan dengan kreasi desain pot yang unik dan elegant menjadi ciri khas tanaman hias dari Plantamory. Pot diberi batu untuk menutupi tanah serta dihias sedemikian rupa membuat tampilan pot menjadi cantik dan bersih. Kesan bersih dari tanaman merupakan hal paling utama yang diperhatikan oleh pemilik Plantamory ini.

Perawatan dari kaktus yang terbilang mudah dan tidak memerlukan teknik perawatan khusus seperti tanaman jenis lainnya membuat tanaman hias satu ini semakin diminati para pecinta tanaman hias.

“Mungkin karena perawatanya yang tidak terlalu sulit untuk kaktus succulentnya, kan hanya perlu ditaruh beberapa saat di sinar matahari dan tidak perlu sering disiram juga dan dari penjualnya sendiri juga tanahnya sudah dicampur pupuk, makanya saya suka,” tutur Putu Ratih Natawirani salah satu peminat kaktus mini.

Kaktus mini sering digunakan sebagai penghias, bentuknya yang mungil serta warna hijau dari tanaman yang fresh, membuat beberapa orang menggunakanya sebagai dekorasi penghias interior ruangan seperti kamar, ruang tamu, ruang kerja dan lainnya. Beberapa pembeli mengaku faktor utama yang membuat mereka mulai menyukai tanaman jenis succulent ini, yaitu semenjak mereka menonton tayangan beberapa artis youtube yang membuat room tour dan menggunakan tanaman ini sebagai salah satu dekorasi dalam mempercantik kamarnya.

“Faktor utama yang membuat saya tertarik untuk membeli tanaman ini sih karena efek dari sosial media yaitu youtube. Di youtube saya suka menonton room tour gitu dan banyak sekali orang-orang (youtuber) yang mendekorasi kamarnya dengan kaktus succulent,” sambung Ratih.

Selain kaktus mini, Plantamory juga memiliki beberapa tanaman yang “booming” seperti tanaman jenis terrarium serta beberapa tanaman yang menggunakan media tanam hidrogel dan lainnya. (Asr1)

Suka Duka Sebagai Mahasiswa Pekerja Part Time

 

Najma KOPI

I Made Nova Prayoga seeorang barista part time sedang melayani pesanan pelanggan. (Najma Ayu)

Badung – Mahasiswa pekerja part time, sudah tak asing lagi terdengar. Bekerja part time menjadi  pilihan bagi mahasiswa yang ingin menambah pengalaman dan tambahan uang jajan. Karena mayoritas perusahaan yang mencari pekerja part time tidak terikat waktu yang lama, berkisar 4 sampai 8 jam dan dalam jangka waktu kontrak terlama 1 tahun.

Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris, Universitas Dhyanapura, Putu Tia Aprilia (23), sekaligus seorang Barista di salah satu coffee shop di Denpasar berpendapat bahwa tidak ada salahnya bekerja sambil kuliah.

“Usaha yang keras akan mendapatkan hasil yang memuaskan, bekerja juga dapat melatih diri untuk hidup mandiri serta menambah pengalaman,”ujar Putu Tia Aprilia.

Dalam seminggu Putu Tia Aprillia bisa bekerja 3 sampai 4 kali, dalam jam kerja 8 jam per shift. Dalam satu minggu Putu Tia Aprillia mendapat hari libur sebanyak 3 sampai 4 hari sesuai dengan jadwal kuliahnya. Begitulah alasan terbesarnya mengapa mengambil keputusan untuk bekerja part time, karena di tempat Putu Tia Aprillia bekerja sekarang, jadwal kerjanya dapat disesuaikan dengan jadwal kuliahnya, sehingga tak menganggu kuliahnya.

Lain halnya dengan I Made Nova Prayoga (24), mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Pariwisaata STIMI  (SekolahTinggi Ilmu Manajemen Indonesia). I Made Nova Prayoga mengaku menunda kuliah selama 3 tahun untuk bekerja karena masalah keuangan dan kelangsungan kuliahnya.

“Kalau saya tidak bekerja bagaimana bisa makan dan bayar kuliah?, selama pekerjaan saya tidak menggangu kuliah saya kenapa tidak?” ujar I Made Nova Prayoga.

Berbeda dengan Putu Oka Perdana (24), atau yang akrab disapa Oka. Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Udayana ini telah bekerja mulai sejak semester pertama hingga mendapat gelar sarjana. Uang dari hasil Oka bekerja digunakan untuk membayar uang kuliahnya dan sebagian lagi disisihkan untuk tabungannya di masa depan. Saat ini Oka telah bergelar Sarjana Sastra, kedudukan dalam pekerjaannya saat ini adalah supervisor. Lewat hasil jerih payahnya Oka telah memiliki rumah dan mobil pribadi.

“Kuliah sambil kerja menjadi tantangan tersendiri bagi saya, bekerja sambil kuliah telah mengajari saya untuk disiplin waktu dan melatih profesionalitas saya,” ujar Oka.

Oka memulai karirnya sebagai pekerja part time hingga saat ini menduduki posisi supervisor. Hanya membutuhkan waktu 3 tahun bagi Oka untuk naik keposisi jabatannya sekarang. Memang diakuinya berat tetapi Oka berprinsip segala sesuatu yang dilakukan semua ada prosesnya, ujar Putu Oka Perdana. (Najma Ayu)

 

Tukang Pos Indonesia di Mata Pelanggan

PAK POS KECE DARI LAHIR

Dari dulu hingga sekarang jasa tukang pos memang selalu diperlukan oleh masyarakat, terlepas dari objek apa yang diantarkan olehnya. (Tasya)

            Siapa yang tak kenal profesi satu ini, dengan ciri khas seragam berwarna orange mencolok ini tak jarang melintas di jalan raya lengkap dengan kantung besar di bagian kiri dan kanan sepeda motornya. Ya, dialah tukang pos lengkap dengan transpormasinya. Profesi tukang pos sudah menemani Masyarakat Indonesia dari jaman penjajahan hingga merdeka kini, tentu banyak perubahan yang terjadi. Canggihnya teknologi juga menjadi faktor utama moderenisasi ditubuh profesi satu ini. Hal ini juga merubah image tukang pos di mata para pelanggannya.

            Jasa tukang pos terus berkembang seiring perkembangan zaman di Indonesia. Santika (56) yang berprofesi sebagai pedagang ini mengungkapkan terjadi perubahan yang cukup signifikan.

              “Sejak saya SMA dulu saya sudah menggunakan jasa tukang pos, untuk mengirim surat kepada sahabat pena saya. Telah banyak sekali perubahan tahun ke tahun dari jasa tukang pos.” ungkapnya.

            Santika juga menambahkan perkembangan kantor pos juga memiliki andil yang besar dalam peningkatan kerja tukang pos. Kantor Pos Indonesia yang memilih menambahkan jasa pengangkutan barang dan beberapa jasa lainnya menambah kewajiban yang harus dituntaskan oleh tukang pos. Semakin hari banyak pesaing di dalam jasa pengiriman dan pengantaran barang dan hal inilah yang membuat tukang pos harus memiliki daya tarik tersendiri.

             Lain lagi dengan Mega (21) yang mengatakan jasa tukang pos selalu memegang teguh keramahan didalamnya. Maksud dari keramahannya ialah etika tukang pos saat bertemu dengan pelangggan. Melalui etika yang baik akan mampu membuat pelanggan nyaman dan berespon positif. Mega sendiri sudah menjadi pelanggan setia tukang pos selama 4 tahun.

             “Pelayanan tukang pos yang ramah membuat saya nyaman untuk berlangganan jasa tukang pos,” tutur Mega.

            Seorang pemuda bernama Adismas (20) saat ditemui di Kantor Pos Indonesia wilayah Denpasar juga mengungkapkan hal senada.

               “Pos Indoensia selalu berkembang, terkhusus tukang posnya hal itu dapat dilihat dari pakaianya, ketepatan waktunya, kendaraanya, dan juga ramah tamahnya,” pungkasnya.

               Perubahan yang dihadirkan jasa tukang pos ini membuat ciri khas Pos Indonesia yakni sikap dan perilaku tukang posnya. Kedepanya, Adimas berharapannya jasa tukang pos akan selalu memegang teguh kunci pelayanan dan juga kecepatan waktu dari proses pengirman. (Septian)

Filateli : Hobi Berbuah Rupiah

    

filateli

Prangko dan benda pos lainnya dipajang dalam mading filateli di Kantor Pos Renon. (Ruth)

     Denpasar Apa yang terbenak dalam pikiran Anda saat mendengar istilah filateli? Banyak orang awam yang tidak banyak mengetahui apa itu filateli, apa gunanya mengumpulkan benda-benda yang semata-mata tidak bernilai itu. Filateli sebenarnya sebuah hobi untuk mengoleksi perangko dan benda-benda pos lainnya, seperti sampul hari pertama (first day cover), carik kenangan (souvenir sheet), mini sheet dan lain-lain.

     “Sebenarnya anggota kolektor itu investor, dia tau koleksi perangko. Apalagi kalau kolektor yang benar-benar serius itu tidak seperti anak-anak lagi, yang hanya bisa beli perangko, senang membeli, tapi ada hitung-hitungannya.” ungkap Ketua Perkumpulan Filatelis Indonesia Provinsi Bali, Gede Ngurah Surya Hadinata, Senin (28/3).

     Menurut Hadinata, perangko bukan hanya sekedar benda kecil yang terabaikan, namun perangko itu dapat dijadikan industri, dalam artian dapat menjadi peluang bisnis dan investasi. Jika masyarakat pada umumnya menggunakan emas atau asuransi sebagai investasi, Hadinata menginvestasikan uang dengan membeli perangko, kemudian mengoleksinya, dan pada akhirnya dijual kembali untuk membeli perangko lainnya demi berkembangnya koleksi.

     Semakin lama umur perangko, maka akan semakin mahal perangko tersebut. Apalagi yang sudah tergolong langka, kolektor akan berani membayar mahal demi menambah koleksinya tersebut. Harga perangko itu cenderung naik. Misalnya harga perangko orang utan 800 rupiah per satuan pada tahun 1989, sekarang mungkin jika dijual dapat mencapai 800.000 rupiah per satuannya. Kemudian jika dijual 1 set dapat menghasilkan berlipat-lipat ganda.

     Di mata para filatelis, perangko bukan hanya sekedar kertas kecil, tetapi dia adalah alat komunikasi, bagian dari sejarah, bagian dari seni, bagian dari peradaban, semua bisa diceritakan melalui perangko. Hal-hal tersebutlah yang dilihat dari setiap perangko. Sebuah perangko mempunyai nilai dan memiliki cerita unik dibalik arti gambar di perangko tersebut. Keunikan perangko tersebut yang membuat perangko masih diburu dan diminati para filatelis.

     Namun sayangnya masih belum ada gerakan yang dilakukan pemerintah daerah dalam membukakan mata orang awam akan keberadaan perangko serta industri di dalamnya. Oleh kantor pos sendiri, orang biasa disarankan untuk menggunakan layanan kilat khusus atau express, karena memiliki kelebihan untuk mempermudah konsumen untuk melakukan tracking. Sementara kartu pos tidak ada sistem tracking-nya.

     Budi 27 tahun, pengunjung yang ditemui di Kantor Pos Renon, Denpasar, mengakui jarang menggunakan perangko. “Terakhir kali saya menggunakannya untuk keperluan pengiriman dari kantor tempat saya bekerja,” kenangnya. Terbukti bahwa perangko masih sedikit peminatnya khususnya di Wilayah Bali. Namun dengan adanya pameran nasional maupun internasional yang diselenggarakan setiap tahunnya, diharapkan dapat memikat perhatian masyarakat akan perangko. Seperti pada Pameran Nasional Filateli Baliphex 2015. (Ruth)

Modernisasi Kantor Pos, Tenggelamkan Romantisme Surat Menyurat

pos

Kemudahan yang ditawarkan internet dalam berkomunikasi menjadikan jasa pengiriman surat sepi peminat (Tasya)

Denpasar – “…Pak pos membawa berita, dari yang kudamba, sepucuk surat yang manis warnanya pun merah hati…” untaian kalimat tersebut merupakan penggalan lirik lagu ‘Surat Cinta’ yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Ya, tergambar jelas suasana gembira menerima surat dari pak pos. Namun, momen tersebut sangat jarang dirasakan oleh remaja masa kini. Digitalisasi di segala bidang merangsang berbagai teknologi komunikasi bermunculan. Surat yang dianggap sebagai komunikasi konvensional mulai dilupakan. Kantor Pos sebagai sentral pengiriman surat juga sempat mengalami keterpurukan, namun ia bangkit dengan inovasi-inovasi barunya. Lantas bagaimana nasib surat di jaman digital ini?

“Media sosial justru akan menghasilkan komunikasi sampah, namun surat memiliki keunikan sendiri dalam menyampaikan informasi yang to the poin,” papar Wahyu Budi Nugroho, Dosen Program Studi Sosiologi FISIP Unud.

Komunikasi melalui surat dianggap sebagai komunikasi yang bermakna dan efisien. Satu lagi keunikan dalam mengirim surat adalah penggunaan prangko sebagai pelangkap surat tersebut. Tradisi inilah yang akan menjadi memori bagi setiap penggunanya. Hingga sekarang pun prangko masih menjadi idola bagi penggemarnya, meksipun tidak dipasangkan dengan surat.

“Berkirim surat memiliki sensasi tersendiri dalam melakoninya,” terangnya. Wahyu menambahkan ada perasaan yang tidak dapat diungkapkan saat menunggu balasan surat yang dikirimkan. “Apalagi kalau surat dari orang terkasih,” ujarnya.

Memang, kemunculan berbagai aplikasi digital dalam komunikasi memberi kemudahan bagi penyebaran informasi. Namun di lain pihak justru menumbangkan ladang penghasilan dari instansi satu ini, Ya, Kantor Pos bergerak di ranah pengiriman pesan melalui surat membuatnya tergerus oleh canggihnya teknologi. Pesan singkat melalui ponsel hingga aplikasi-aplikasi berbagis pengiriman pesan yang sangat mudah dalam penggunananya lebih digandrungi oleh para pengguna. Hal ini sempat membuat Kantor Pos mengalami kemunduran, namun Kantor Pos bangkit dengan inovasi-inovasi baru. Sayangnya inovasi ini tak lantas menumbuhkan antusiasme masyarakat untuk berkirim surat.

Seperti yang dituturklan oleh Made Wicitra Winansari (19) yang mengaku hanya memanfaatkan jasa kantor pos dalam pengiriman paket.

“Pernah waktu itu mengirimkan karya tulis ke luar kota dengan jasa kantor pos,” ungkap mahasiswa Fakultas Kedokteran ini.

Hal inipun dilakukan lantaran gadis yang akrab di sapa Wina ini tidak menemukan jasa pengiriman barang. Ia juga menuturkan dalam berkomunikasi jarak jauh lebih efisien jika menggunakan media sosial sebab regulasi di kantor pos terlalu susah untuk sekedar mengirim surat dan harus menanti balasan surat juga. Meskipun begitu, dirinya merasa kantor pos juga menawarkan banyak jasa mulai dari online hingga konvensional sehingga orang ke kantor pos bukan hanya untuk mengirim surat. Hanya saja perlu sosialisasi yang lebih untuk menginformasikan jasa-jasa yang ditawarkan oleh kantor pos. Dengan begitu eksistensi kantor pos akan tetap terjaga di mata masyarakat. (Tasya/Anindia)

 

Lawar Jamur Semakin Diminati

lawar.jpg

Hidangan satu porsi lawar jamur (Ade)

Denpasar- Lawar adalah masakan khas Bali yang terkenal dengan cita rasa dari campuran berbagai bumbu bali atau yang lebih dikenal dengan bumbu “genep”. Di Bali tidak sulit menemukan berbagai lawar daging, seperti ayam, sapi, atau babi. Tapi jika lawar jamur apakah Anda pernah dengar ?

            Di Jalan Drupadi, tepatnya di Wr. Jamur Sehat-i, dapat ditemukan inovasi pengolahan lawar dengan bahan Jamur. Berdiri sejak tahun 2013, warung ini mulai berinovasi mengolah berbagai jenis masakan khas Bali dengan jamur tiram sebagai bahan utamanya. Berawal dari membuat pepes jamur, tum jamur, soto jamur, abon jamur, hingga tercetusnya inovasi makanan jamur yang paling diminati, yakni lawar jamur. Awal mula pencampuran jamur dengan bumbu bali ini, saat Agung Mega selaku pemilik warung beserta suami mengunjungi pameran kuliner yang menjajakan berbagai masakan, dan tertarik pada teh kombucha yang berbahan dasar jamur. Sehingga muncul selentingan ide jail untuk mencoba mencampurkan jamur dengan bumbu Bali.

            “Berbekal semangat dan modal yang tidak banyak, kami mencoba membeli baglog (bibit jamur) 10 buah yang kami rawat hingga tumbuh dan siap dipetik. Panen untuk pertama kalinya kami olah menjadi pepes jamur dan ternyata mendapatkan respon positif dari keluarga, tetangga sekitar,” ucap Mega. Usaha ini pun mencoba menu baru dengan jamur tiram tanpa penggunaan daging sedikitpun dan terciptalah menu lawar jamur yang kini paling diminati oleh konsumen.

Keunggulan dari lawar jamur ini ialah dalam pengolahan bahan jamur, yang biasanya hanya diolah menjadi sate bumbu kacang dan sebagainya, kini dapat dinikmati dalam sajian lawar khas Bali. Dan dengan adanya lawar jamur ini, masyarakat dapat mencicipi lawar Bali yang terbebas dari daging merah, namun rasanya tak kalah dengan Lawar Bali yang menggunakan daging merah dan kandungan gizinya yang lebih tinggi dibanding lawar daging merah.

Kehadiran konsumen yang menggemari lawar jamur ini semakin hari semakin bertambah. Dalam seharinya, Wr. Jamur Sehat-i ini bisa sampai menghabiskan 5 kg jamur tiram segar hanya untuk membuat lawar jamur. “Seharinya bisa sampai 3 kali saya bikin baru lawar jamur, karena pelanggan suka borongan kalau beli lawar, terutamanya jam istirahat makan dan pulang kantor,” tutur Ibu Agung. Untuk omset yang didapat dari penjualan lawar ini diperkirakan mencapai 9 juta/bulan, belum termasuk penjualan yang dipesan untuk acara-acara tertentu.

Peminat lawar jamur ini datang dari berbagai kalangan, salah satu konsumen tetapnya, yakni Ratih Julita, mahasiswi di FISIP Unud. Ratih, begitu sapaan akrabnya, awalnya hanya merasa penasaran mendengar menu lawar jamur, “Selama ini yang kita dengar hanya lawar babi dan ayam saja. Dengan adanya lawar jamur ini, kita bisa menemukan alternatif lain lawar tanpa daging tapi dengan rasa yang tak kalah dari lawar olahan daging,” ujarnya. Terlebih lagi saat ini jamur menjadi tren kuliner yang digemari saat ini. Menurutnya, dengan mengonsumsi lawar jamur, ia bisa menghindari memakan daging dan yang berdiet mengonsumsi olahan makanan yang tidak berat secara nutrisi maupun karbohidrat, namun tidak meninggalkan masakan olahan bumbu bali. “Saya pribadi yang sangat menggemari lawar jamur, merasa ini salah satu hal yang menguntungkan konsumen penggemar jamur seperti saya,” ucapnya.

Dilansir dari www.ahligizi.info, jamur tiram memiliki banyak khasiat yang dapat berfungsi sebagai antivirus dan antikanker. Hal itu terbukti dari hasil penelitian Beta Glucan Health Centre yang menyebutkan kandungan jamur tiram yang mengandung senyawa pleuran yang bermanfaat sebagai obat. Selain kandungan tersebut, jamur tiram juga memiliki kadar protein, karbohidrat, lemak, serat dan kalori yang tinggi serta kaya akan multivatimanin yang mampu melancarkan pencernaan dan menyehatkan tubuh. Dengan kandungan yang dimiliki jamur dan inovasi dalam pengolahannya itu, lawar jamur dapat menjadi makanan alternatif pengganti daging merah yang memang baik untuk di konsumsi. (Ade)